Sungai
merupakan suatu perairan terbuka yang memiliki arus, perbedaan gradien
lingkungan, serta masih dipengaruhi daratan. Sungai memiliki beberapa ciri
antara lain: memiliki arus, resident time (waktu tinggal air), organisme
yang ada memiliki adaptasi biota khusus, substrat umumnya berupa batuan,
kerikil, pasir dan lumpur, tidak terdapat stratifikasi suhu dan oksigen, serta
sangat mudah mengalami pencemaran dan mudah pula menghilangkannya (Odum, 1996).
Terdapat
tiga kondisi yang membedakan sungai dan kolam yaitu: (a) arus di lingkungan
sungai menjadi pengontrol utama dan faktor bagi kehidupan organisme yang ada,
(b) sungai memiliki hubungan tanah dan air yang relatif lebih luas, sehingga
komponen jaring-jaring makanannya sebagian berasal dari luar dan lebih
bervariasi, dan (c) sungai mengalami tekanan oksigen yang lebih seragam dengan
sedikit atau bahkan tidak ada stratifikasi termal atau pun kimia (Odum, 1971).
Secara ekologis menurut Odum (1996) sungai memiliki dua zona utama yaitu:
1.
Zona air deras
Daerah
yang dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi untuk menyebabkan dasar sungai
bersih dari endapan dan materi lain yang lepas, sehingga dasarnya padat. Zona
ini dihuni oleh bentos yang beradaptasi khusus yang dapat melekat atau
berpegang dengan kuat pada dasar yang padat dan oleh ikan yang kuat berenang.
2.
Zona air tenang
Bagian
air yang dalam kecepatan arus sudah berkurang, lumpur dan materi lepas cendrung
mengendap di dasar, sehingga dasarnya lunak, tidak sesuai untuk bentos
permukaan tetapi cocok untuk penggali nekton dan pada beberapa plankton. Pada
perairan sungai, biasanya terjadi percampuran masa air secara menyeluruh dan
tidak terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan leuntik.
Kecepatan arus, erosi, dan sedimentasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di
sungai sehingga kehidupan flora dan fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga
variable tersebut.
Menurut Lablink (2001) bahwa sunga memiliki proses dimana
air hujan yang jatuh ke bumi, sebagian menguap kembali menjadi air di udara,
sebagian masuk ke dalam tanah, sebagian lagi mengalir di permukaan. Aliran air
di permukaan ini kemudian akan berkumpul mengalir ke tempat yang lebih rendah
dan membentuk sungai yang kemudian mengalir ke laut.
Menurut Davis (1980) in
Lablink (2001) bahwa sungai dan lembahnya ibarat organisme hidup. Sungai
berubah dari waktu ke waktu, mengalami masa muda, dewasa, dan masa tua, yang
mana siklus kehidupan sungai dimulai ketika tanah baru muncul diatas permukaan
laut. Hujan kemudian mengikisnya dan membuat parit, kemudian parit-parit itu
bertemu sesamanya dan membentuk sungai.
Danau menampung air pada daerah yang
cekung, tapi kemudian hilang sebagai sungai dangkal. Kemudian memperdalam
salurannya dan mengiris ke dasarnya membentuk sisi yang curam, lembah bentuk V. Anak-anak sungai kemudian tumbuh dari sungai utamanya seperti cabang tumbuh
dari pohon. Semakin tua sungai, lembahnya semakin dalam dan anak-anak sungainya
semakin panjang. Berikut adalah gambar perubahan penampang sungai (Lablink,
2001).
Gambar 2. Perubahan penampang
sungai (Lablink, 2001)
.
1. Sungai masih bayi : awal 2.
Sungai muda: anak sungai bertambah
terbentuknya sungai, sempit
dan curam
3. Sungai dewasa daerah 4.
Sungai sudah tua sekali
alirannya semakin melebar
dan berkelok
Secara alami, fungsi sungai
adalah sebagai penyalur masa hujan yang jatuh di daratan dan mengalir ke laut
berdasarkan prinsip garvitasi. Karenanya, bila alur alirannya terganggu
(tersumbat), masa airnya akan meluap dan akibatnya akan terjadi banjir.Keadaan
sungai di daerah hulu yang terletak di dataran tinggi merupakan daerah rawan
erosi dan keadaan sungai di daerah hilir yang terletak didataran rendah
merupakan daerah rawan deposisi, sehingga antara kedua daerah tersebut (hulu
dan hilir) keadaan perairannya, terutama kualitas airnya berbeda sekali (Payne,
1986).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar