Perairan
Perairan
disebut danau apabila perairan itu dalam dengan tepi yang umumnya curam. Air
danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada
daerah pinggir saja. Berdasarkan pada proses terjadinya danau dikenal dengan
danau tektonik (terjadi akibat gempa) dan danau vulkanik (akibat aktivitas
gunung berapi). Danau tektonik umumnya sangat dalam sedangkan danau vulkanik
umumnya memiliki sumber air atau gas panas (Barus, 2004).
Sedangkan
ditinjau dari sudut tata air, waduk dan danau berperan sebagai reservoir yang
dapat dimanfaatkan airnya untuk keperluan sistem irigasi dan perikanan, sebagai
sumber air baku, sebagai tangkapan air untuk pengendalian banjir, serta
penyuplai air tanah. Untuk menjamin fungsi waduk dan danau yang tetap optimal
dan berkelanjutan, kegiatan pengelolaan harus ditekankan pada upaya pengamanan
waduk dan danau juga daerah di sekitarnya. Adanya rambu-rambu yang nyata, pada
dasarnya merupakan salah satu faktor yang dapat menghindarkan maupun
mengantisipasi permasalahan-permasalahan pemanfaatan waduk dan danau serta
daerah sekitarnya yang tidak memperhatikan fungsi ekologis dari waduk dan danau
tersebut (Kutarga, 2008).
Ekosistem
danau dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu Benthal merupakan zona
substrat dasar yang dibagi menjadi zona lithoral dan zona profundal. Litoral
merupakan bagian dari zona benthal yang masih dapat ditembus oleh cahaya
matahari, sedangkan zona profundal merupakan bagian dari zona benthal di bagian
perairan yang dalam dan tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari. Zona
perairan bebas sampai ke wilayah tepi merupakan habitat nekton dan plankton
yang disebut zona pelagial. Selanjutnya dikenal zona pleustal, yaitu zona pada
permukaan perairan yang merupakan habitat bagi kelompok neuston dan pleuston
(Barus, 2004).
Seiring
dengan pertumbuhan penduduk yang pesat di sekitar danau menimbulkan
permasalahan bagi lingkungan danau,
berupa sedimentasi oleh karena pemanfaatan hutan dan berbagai penggunaan lahan
di Daerah Aliran Sungai. Perubahan kualitas air mengakibatkan peningkatan hara
(eutrofikasi) oleh aktifitas pemupukan lahan pertanian dan pakan yang bersumber
dari jaring apung. Peningkatan nutrient tersebut menyebabkan meningkatnya
fitoplankton dan gulma bertumbuh pesat. Eutrofikasi dan perubahan kualitas air
akan terus terjadi dan meluas sepanjang tahun bila tidak dilakukan pengelolaan
/ pemulihan (Manu, 2010).
Perairan pedalaman
(inland water)
diistilahkan bagi semua
badan air yang berada di daratan. Ilmu yang mempelajari masalah perairan
pedalaman atau perairan umum disebut Limnologi. Bentuk-bentuk perairan umum tawar
alami yang telah dikenal luas ialah
sungai (river atau stream),
rawa (swamp) dan danau (lake). Selain alami perairan umum
juga dapat dibentuk oleh manusia misalnya waduk (resevoir)
dari sungai (waduk sunga) maupun dari rawa (waduk rawa). Air perairan pedalaman umumnya
tawar meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin; dimana air asin di daratan disebut
atha- lassic saline
water (Aldianor, 2006).
Ekosistem air yang terdapat di daratan (inland water) secara umum
dibagi atas dua, yaitu perairan lentik (lentik water), atau juga disebut
sebagai perairan tenang, misalnya danau, rawa, waduk, situ, telaga dan
sebagainya, dan perairan lotik (lotic water), disebut juga sebagai perairan
berarus deras, misalnya sungai, kali, kanal, parit dan sebagainya. Perbedaan
utama antara perairan lentik dan lotik adalah dalam kecepatan arus air.
Perairan lentik mempunyai kecepatan arus yang lambat serta terjadi akumulasi
massa air dalam periode waktu yang lama, sementara perairan lotik umumnya
mempunyai kecepatan arus yang tinggi, disertai perpindahan massa air yang
berlangsung degan cepat (Barus, 2004).
Air menutupi lebih dari 70% permukaan
bumi. Sifat-sifat fisika dan kimia air sangat penting dalam ekologi. Air merupakan media pengangkutan yang ideal bagi
molekul-molekul melalui tubuh organisme, karena air merupakan pelarut yang kuat tanpa
menjadi sangat aktif secara kimia. Tegangan permukaan
air
yang tinggi menyebabkan
pergerakan air melewati organisme, dan juga bertanggung jawab bagi kenaikkan tinggi air tanah. Rapatan air yang nisbi tinggi tidak hanya mendukung
bobot tubuh secara sebagian maupun seutuhnya, namun juga memungkinkan hadirnya organisme tersuspensi
( Satino, 2013).
Habitat-habitat
perairan dibagi dalam tiga kategori utama, yaitu sistem air tawar, estuarin dan lautan. Walaupun habitat air tawar menempati sebagian kecil dari permukaan bumi
bila
dibandingkan dengan habitat lainnya, namun mempunyai arti yang
sangat penting. Sebagai pelarut yang baik, air
mengandung zat-zat kimia
yang
terlarut
di
dalamnya. Penggunaan senyawa ini dalam aktivitas metabolik
tumbuhan dan hewan perairan menyebabkan perubuhan susunan kimiawi air, dengan demikian pengetahuan mengenai keadaan ini penting untuk memahami hubungan yang rumit antara komponen – komponen biotik dan anabiotik (
Satino, 2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar