Minggu, 09 Maret 2014

Ekosistem Perairan

Perairan

Perairan disebut danau apabila perairan itu dalam dengan tepi yang umumnya curam. Air danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada daerah pinggir saja. Berdasarkan pada proses terjadinya danau dikenal dengan danau tektonik (terjadi akibat gempa) dan danau vulkanik (akibat aktivitas gunung berapi). Danau tektonik umumnya sangat dalam sedangkan danau vulkanik umumnya memiliki sumber air atau gas panas (Barus, 2004).

Sedangkan ditinjau dari sudut tata air, waduk dan danau berperan sebagai reservoir yang dapat dimanfaatkan airnya untuk keperluan sistem irigasi dan perikanan, sebagai sumber air baku, sebagai tangkapan air untuk pengendalian banjir, serta penyuplai air tanah. Untuk menjamin fungsi waduk dan danau yang tetap optimal dan berkelanjutan, kegiatan pengelolaan harus ditekankan pada upaya pengamanan waduk dan danau juga daerah di sekitarnya. Adanya rambu-rambu yang nyata, pada dasarnya merupakan salah satu faktor yang dapat menghindarkan maupun mengantisipasi permasalahan-permasalahan pemanfaatan waduk dan danau serta daerah sekitarnya yang tidak memperhatikan fungsi ekologis dari waduk dan danau tersebut (Kutarga, 2008).

Ekosistem danau dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu Benthal merupakan zona substrat dasar yang dibagi menjadi zona lithoral dan zona profundal. Litoral merupakan bagian dari zona benthal yang masih dapat ditembus oleh cahaya matahari, sedangkan zona profundal merupakan bagian dari zona benthal di bagian perairan yang dalam dan tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari. Zona perairan bebas sampai ke wilayah tepi merupakan habitat nekton dan plankton yang disebut zona pelagial. Selanjutnya dikenal zona pleustal, yaitu zona pada permukaan perairan yang merupakan habitat bagi kelompok neuston dan pleuston (Barus, 2004).

Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang pesat di sekitar danau menimbulkan permasalahan bagi lingkungan  danau, berupa sedimentasi oleh karena pemanfaatan hutan dan berbagai penggunaan lahan di Daerah Aliran Sungai. Perubahan kualitas air mengakibatkan peningkatan hara (eutrofikasi) oleh aktifitas pemupukan lahan pertanian dan pakan yang bersumber dari jaring apung. Peningkatan nutrient tersebut menyebabkan meningkatnya fitoplankton dan gulma bertumbuh pesat. Eutrofikasi dan perubahan kualitas air akan terus terjadi dan meluas sepanjang tahun bila tidak dilakukan pengelolaan / pemulihan (Manu, 2010).

Perairan  pedalaman  (inland  water)  diistilahkan  bagi  semua  badan  air  yang berada di daratan. Ilmu yang mempelajari masalah perairan pedalaman atau perairan umum disebut Limnologi.  Bentuk-bentuk perairan umum tawar alami yang telah dikenal luas ialah sungai (river atau stream), rawa (swamp) dan danau (lake). Selain alami perairan umum juga dapat dibentuk oleh manusia misalnya waduk (resevoir) dari sungai (waduk sunga) maupun dari rawa (waduk rawa).     Air perairan pedalaman umumnya tawar meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin; dimana air asin di daratan disebut atha- lassic saline water  (Aldianor, 2006).

Ekosistem air yang terdapat di daratan (inland water) secara umum dibagi atas dua, yaitu perairan lentik (lentik water), atau juga disebut sebagai perairan tenang, misalnya danau, rawa, waduk, situ, telaga dan sebagainya, dan perairan lotik (lotic water), disebut juga sebagai perairan berarus deras, misalnya sungai, kali, kanal, parit dan sebagainya. Perbedaan utama antara perairan lentik dan lotik adalah dalam kecepatan arus air. Perairan lentik mempunyai kecepatan arus yang lambat serta terjadi akumulasi massa air dalam periode waktu yang lama, sementara perairan lotik umumnya mempunyai kecepatan arus yang tinggi, disertai perpindahan massa air yang berlangsung degan cepat (Barus, 2004).

Air menutupi lebih dari 70% permukaan bumi. Sifat-sifat fisika dan kimia air sangat penting dalam ekologi. Air merupakan media pengangkutan yang ideal bagi molekul-molekul melalui tubuh organisme, karena air merupakan pelarut yang kuat tanpa menjadi sangat aktif secara kimia. Tegangan permukaan air yang tinggi menyebabkan pergerakan air melewati organisme, dan juga bertanggung jawab bagi kenaikkan tinggi air tanah. Rapatan air yang nisbi tinggi tidak hanya mendukung bobot tubuh secara sebagian maupun seutuhnya, namun juga memungkinkan hadirnya organisme tersuspensi ( Satino, 2013).

Habitat-habitat perairan dibagi dalam tiga kategori utama, yaitu sistem air tawar, estuarin dan lautan. Walaupun habitat air tawar menempati sebagian kecil dari permukaan bumi  bila  dibandingkan dengan habitat  lainnya,  namun  mempunyai arti  yang  sangat penting.    Sebagai  pelarut  yang  baik,  air mengandung zat-zat  kimia  yang  terlarut  di dalamnya. Penggunaan senyawa ini dalam aktivitas metabolik tumbuhan dan hewan perairan menyebabkan perubuhan susunan kimiawi air, dengan demikian pengetahuan mengenai keadaan ini penting untuk memahami hubungan yang rumit antara komponen – komponen biotik dan anabiotik ( Satino, 2013).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger