Sabtu, 05 April 2014

PERANAN PLANKTON DALAM PENGENDALIAN PEMANASAN GLOBAL

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Seiring dengan berjalannya waktu, kita semakin merasakan udara semakin buruk dan suhu semakin panas. Hal ini juga dirasakan oleh hewa, misalkan Panda Cina yang membutuhkan balok – balok es untuk dapat bertahan hidup. Manusia menggunakan ac dan kipas angin untuk menjaga kestabilan metabolisme dalam tubuh. Selain makin panasnya cuaca di sekitar kita, Anda tentu juga menyadari makin banyaknya bencana alam dan fenomena-fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali belakangan ini. Mulai dari banjir, puting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke tahun.
Sadarilah bahwa semua ini adalah tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa planet kita tercinta ini sedang mengalami proses kerusakan yang menuju pada kehancuran! Hal ini terkait langsung dengan isu global yang belakangan ini makin marak dibicarakan oleh masyarakat dunia yaitu Global Warming (Pemanasan Global).
Pemanasan global telah menjadi isu internasional sejak beberapa dekade yang lalu, walaupun mungkin sebenarnya masih terdapat ketidakpastian apakah benar akan terjadi pemanasan global. Sebagai akibat dari pemanasan global, memberikan dampak sangat besar baik terhadap iklim dunia, maupun kenaikan permukaan air laut. Dampak iklim global ini akan mengakibatkan perubahan tatanan hujan pada suatu wilayah; dimana sebagian wilayah hujannya akan bertambah dan di beberapa wilayah lainnya hujannya akan berkurang. Hal ini memberikan dampak turunan terhadap sistem pertanian dalam arti luas ( Tarsoen Waryono, 2008 ).

B.     RUANG LINGKUP
Makalah ini berisi mengenai pengertian dan jenis plankton, pengertian dan penyebab pemanasan global serta hubungan peranan plankton dalam pemanasan global. Makalah ini disusun supaya para pembaca bisa menambah wawasan serta memperluas ilmu pengetahuan yang ada mengenai plankton dan pemanasan global.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.    PEMANASAN GLOBAL
a.      Pengertian
Kenaikan suhu muka bumi global atau biasa dikenal dengan istilah pemanasan global (global warming) merupakan salah satu contoh dari apa yang disebut perubahan iklim. Dimana perubahan iklim secara umum didefinisikan sebagai perubahan variabel iklim yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu antara 50 – 100 tahun.Sedangkan variabel iklim yang dimaksud antara lain adalah temperatur/ suhu udara, kelembaban udara, tekanan atmosfer, kondisi awan, intensitas sinar matahari, curah hujan, dan angin ( Nawa Suwedi, 2005 ).

Gambar 2.1. Pemanasan Global

Pemanasan global  adalah  merupakan meningkatnya temperatur di planet bumi secara global, meliputi peningkatan temperatur atmosfir, temperatur laut dan temperatur daratan bumi yang menimbulkan dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap masa depan bumi termasuk manusia dan makhluk hidup lain. Dampak yang ditimbulkan cenderung mengancam eksistensi bumi, dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya ( Ali Hanapiah, 2011 ).
b.      Penyebab Pemanasan Global
·      Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca (green house effect) merupakan suatu keadaan yang timbul akibat semakin banyaknya gas buang ke lapisan atmosfer yang memiliki sifat memantulkan panas yang ada ( Soedomo, 2001 ).
·      Pelepasan Gas Metan / CH4
Hasil penelitian yang dilakukan baru baru ini di daerah Siberia , Arktik menunjukan berjuta juta ton gas rumah kaca metan dilepaskan . Daratan beku itu mulai mencair dan karbon yang terkurung di dalamnya mulai bocor keluar dalam bentuk karbon dioksida dan metana, gas rumah kaca yang mudah terbakar dan 72 kali lebih kuat daripada CO2.  Adapun konsentrasi gas metan di beberapa tempat mencapai hingga 100 kali diatas normal.Pelepasan gas metan setelahnya mencapai 0.5 megaton per tahun. Kemungkinankenaikan gas metan di planet di pengaruhi oleh oleh dua factor yakni pelepasan gas metan dari dasar laut dan terlepasnya gas metan dari tanah beku yang mencair ( Twam Asi, 2010 ) .
·      Variasi Matahari
Variasi matahri adalah pengaruh penyinaran matahari pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain.Ada beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontribusi matahri dalam pemanasan global mungkin telah diabaikan. Dua ilmuwan dari Duke University mengemukakan bahwa matahari telah berkontribusi sekitar  45-50% terhadap rata rata suhu bumi dalam rentang periode tahun 1900 – 2000 , dan 25 – 35% rentang tahun 1980 – 2000 ( Sitimulyo, 2000 ).
·      Penebangan Hutan
Dengan adanya pembabatan hutan di dunia yang tiap tahun mencapai 30 juta hektar , jelas turut meperparah keadaan . Hutan yang selama ini menjadi pelindung bagi berbagai jenis satwa dari ancaman pemanasan global seharusnya dapat membantu 6 mengurangi pemanasan global .Tapi , dalam kenyataan di lapangan masalah tersebut sangat akut. Yakni hutan amazon , yang hamper 70% wilayahnya habis dibabati oleh manusia dalam  rangka produksi hasil daging. Sedangkan di Indonesia itu sendiri , masalah pembabatan hutan tersebut disebabkan karena pembukaan lahan baru yang bertujuan membuka perkebunan , keinginan memperoleh penghasilan dari penjualan kayu atau hasil hutan yang jika  dilakukan secara legal memerlukan baiya yang sangat tinggi. Hal tersebut dipengaruhi karena tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang masih sangat rendah ( Nugroho Wahyu, 2012 ).
·      Peternakan
Dari hasil penelitian di sebutkan bahwa total emisi gas rumah kaca negara Argentina 30% nya berasal dari hewan . Para peneliti menemukan bahwa sumber gas metan terbesar berasal dari sapid dan domba yang sengaja diternakan untuk diambil wol , Pada suatu perhitungan ditemukan bahwa metan memiliki kekuatan 72 kali lebih besar daripada CO2 selama lebih dari 20 tahun .Kenyatan ini sangat mengejutkan , karena pada dasarnya , jumlah ini melebihi dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Terlebih lagi sapi - sapi tersebut melepaskan 800 hingga 1000 liter gas setiap hari ( Soedomo, 2001 ).
·      Polusi Karbondioksida Dari Pembangkit Listrik Bahan Bakar Fosil
Ketergantungan kita yang semakin meningkat pada listrik dari pembangkit listrik bahan bakar fosil membuat semakin meningkatnya pelepasan gas karbondioksida sisa pembakaran ke atmosfer.
·      Penggunaan Pupuk Kimia Yang Berlebihan
Pada kurun waktu paruh terakhir abad ke-20, penggunaan pupuk kimia dunia untuk pertanian meningkat pesat. Kebanyakan pupuk kimia ini berbahan nitrogenoksida yang 300 kali lebih kuat dari karbondioksida sebagai perangkap panas, sehingga ikut memanaskan bumi. Akibat lainnya adalah pupuk kimia yang meresap masuk ke dalam tanah dapat mencemari sumber-sumber air minum kita.


B.     PLANKTON
a.      Pengertian Plankton
Plankton adalah mikroorganisme yang hidup melayang dalam air, dimana kemampuan renagnya terbatas, menyebabkan mikroorganisme tersebut mudah hanyut oleh gerakan atau arus air ( Bougius, 1976 ). Plankton adalah kelompok-kelompok organisme yang hanyut bebas dalam laut dan daya renangnya sangat lemah. Kemampuan berenang organism-organisme planktonik demikian lemah sehingga mereka sama sekali dikuasai oleh gerakan air, hal ini berbeda dengan hewan laut lainnya yang demikian gerakan dan daya renangnya cukup kuat untuk melawan arus laut ( Nyabakken, 1992 ).

Gambar 2.2. Plankton
Plankton adalah suatu organism yang terpenting dalam ekosistem laut, kemudian dikatakan bahwa plankton merupakan salah satu organisme yang berukuran kecil dimana hidupnya terombang-ambing oleh arus perairan laut ( Hutabarat dan Evans, 1988 ).

b.      Klasifikasi Plankton
·        Berdasarkan Ukuran
Menurut ukurannya, plankton dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu makroplankton (lebih besar dari 1 mm), mikroplankton (0,06 mm – 1 mm) dan nanoplankton (kurang dari 0,06 mm) meliputi berbagi jenis fitoplankton. Diperkirakan 70% dari semua fitoplankton di laut terdiri nanoplankton dan inilah yang memungkinkan terdapatnya zooplankton sebagai konsumer primer (Sachlan, 1972).
·         Berdasarkan siklus hidupnya
Berdasarkan siklus hidupnya, plankton terbagi dalam dua golongan yaitu holoplankton yang merupakan organisme akuatik dimana seluruh hidupnya bersifat sebagai plankton, golongan yang kedua yaitu meroplankton yang hanya sebahagiaan dari daur hidupnya bersifat plankton (Bougis, 1976; Nyabakken, 1992).
·         Berdasarkan keadaan biologis
Berdasarkan keadaan biologisnya, digolongkan plankton sebagai berikut : 
(a) Fitoplankton yang merupakan tumbuhan renik, 
(b) Zooplankton yang merupakan hewan-hewan yang umumnya renik ( Newel, 1963 ).



BAB III
PEMBAHASAN
A.    PLANKTON PENGHASIL OKSIGEN
Fitoplankton merupakan bagian dari plankton yang “berbentuk” tumbuhan dan merupakan makhluk hidup uniseluler, ia mempunyai klorofil dan mampu melakukan fotosintesis layaknya tumbuhan tingkat tinggi yang ada di daratan. Efisiensi fotosintesis dari satu gram plankton ialah lebih besar dari pada satu gram daun flora tingkat tinggi. Hal ini telah dibuktikan dalam percobaan laboratorium :
“Tiap cel dari satu gram plankton yang besarnya kira – kira sama dengan cel yang ada pada daun, tetapi jumlahnya lebih banyak, mudah langsung disinari dari segala arah dan mudah berkembang biak karena uniceluler dan hidup bebas dalam air”
Contoh :
·         Dari satu cel chlorella dalam 24 jam dapat berkembang biak mencapai 10.000 cel.
·         Tiap cel pada daun tidak langsung dapat sinar karena terkurung dalam nervatur, dan sukar untuk berkembang biak karena nervatur, tangkai daun, dsb harus membesar.
Fitoplankton yang merupakan produsen perairan menjadi penyumbang oksigen terbesar untuk bumi, fitoplankton ini menyumbang oksigen sebesar 80 %. Selain itu “lahan” untuk “menanam” fitoplankton tidak mungkin menyempit karena lautan bukan tempat tinggal untuk manusia yang semakin hari semakin padat ( M.Sachlan, 2010 ).
Gambar 3.1. Plankton Menghasilkan Oksigen
B.     PHYTOPLANKTON PENYERAP  KARBON
Phytoplankton mempunyai jasa yang sangat besar bagi kelangsungan makhluk hidup terutama manusia. Salah satu jasa phytoplankton adalah mengambil karbon dioksida (CO2) dari air dan menggantinya dengan oksigen (O2) yang diperlukan makhluk lain. Maka phytoplankton mempunyai peran besar dalam piramida makanan. Jika terjadi penurunan phytoplankton mungkin tidak akan ada cukup oksigen untuk pernapasan terutama pada malam hari "turn over rate" yang relatif cepat, sebagian besar phytoplankton akan segera mati dan tergantikan oleh proses reproduksi. Jika bisa dikendalikan dengan sempurna, lanjutnya, sejumlah besar phytoplankton yang sudah menyerap CO2 bisa dikirim ke dasar laut sebagai deposit karbon (  Endang Yuli H, 2010 ).

C.    PLANKTON DALAM PENGENDALIAN PEMANASAN GLOBAL
Plankton hidup di lapisan atas, tapi nutrisi yang diperlukan oleh plankton terdapat lebih banyak di lapisan bawah laut. Karenanya, plankton mengalami malnutrisi. Akibat kondisi malnutrisi ditambah dengan suhu air yang panas, plankton mengalami stress sehingga lebih rentan terhadap sinar ultraviolet yang dapat merusaknya. Karena rentan terhadap sinar ultraviolet, plankton mencoba melindungi diri dengan menghasilkan zat dimethylsulfoniopropionate (DMSP) yang berfungsi untuk menguatkan dinding sel mereka. Zat ini jika terurai ke air akan menjadi zat dimethylsulfide (DMS). DMS kemudian terlepas dengan sendirinya dari permukaan laut ke udara ( Dierdre Toole, 2010 ).
Di atmosfer, DMS bereaksi dengan oksigen sehingga membentuk sejenis komponen sulfur. Komponen sulfur DMS itu kemudian saling melekat dan membentuk partikel kecil seperti debu. Partikel-partikel kecil tersebut kemudian memudahkan uap air dari laut untuk berkondensasi dan membentuk awan. Jadi, secara tidak langsung, plankton membantu menciptakan awan. Awan yang terbentuk menyebabkan semakin sedikit sinar ultraviolet yang mencapai permukaan laut, sehingga plankton pun terbebas dari gangguan sinar ultraviolet. Proses ini sebenarnya telah beberapa tahun dipelajari di laboratorium oleh para ilmuwan, namun proses alamiahnya baru kali ini dapat dipelajari. Awan yang disebabkan oleh plankton ini, dipercaya dapat memperlambat proses pemanasan bumi, serta memiliki efek besar tehadap iklim bumi. Penelitian yang dilakukan di Laut Sargasso, lepas pantai Bermuda ini juga menemukan secara mengejutkan bahwa partikel DMS ini dapat terurai dengan sendirinya di udara setelah tiga sampai lima hari saja. Padahal, karbondioksida di udara, dapat bertaha   hingga berpuluh-puluh tahun. Karena penguraian alamiah DMS sangat cepat,  DMS tidak akan menimbulkan efek rumah kaca, tidak seperti karbondioksida (David Siegel, 2010 ).
Meski phytoplankton berukuran renik (sangat kecil), katanya, tetapi peran dan fungsinya sangat besar, bahkan plankton memegang peranan kunci yang sangat menentukan berfungsinya seluruh ekosistem laut serta ikut menentukan dan mengendalikan iklim global.  Perkiraan total CO2 yang diserap ekosistem laut dan pantai di Indonesia yang berasal dari terumbu karang mencapai 73,5 ton/tahun dengan luas area 61 ribu kilometer persegi, mangrove mencapai 75,4 juta ton/tahun dengan luas area 93 ribu kilometer persegi (  Endang Yuli H, 2010 ).
Sedangkan untuk Padang lamun mencapai 56,3 juta ton per tahun dengan luas areal 30 ribu kilometer persegi dan laut lepas 40,4 juta ton per tahun dari area 5.800.000 kilometer persegi. Dampak perubahan iklim akibat pemanasan global tidak hanya mengancam daratan, tapi juga kehidupan di laut. Hanya saja, para ahli sekarang sedang mencari sumber alternatif efesien untuk menghambat perubahan iklim dengan memanfaatkan biota laut (  Endang Yuli H, 2010 ).
Phytoplankton memiliki peran sebagai penyimpan karbon yang sangat besar dan dapat memberikan keseimbangan siklus karbon bagi keperluan makhluk hidup. Diharapkan upaya memanfaatkan phytoplankton ini segera terwujud (  Endang Yuli H, 2010 ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger