BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Seiring dengan berjalannya waktu, kita semakin
merasakan udara semakin buruk dan suhu semakin panas. Hal ini juga dirasakan
oleh hewa, misalkan Panda Cina yang membutuhkan balok – balok es untuk dapat
bertahan hidup. Manusia menggunakan ac dan kipas angin untuk menjaga kestabilan
metabolisme dalam tubuh. Selain makin panasnya cuaca di sekitar kita, Anda
tentu juga menyadari makin banyaknya bencana alam dan fenomena-fenomena alam
yang cenderung semakin tidak terkendali belakangan ini. Mulai dari banjir,
puting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun
ke tahun.
Sadarilah bahwa semua ini adalah tanda-tanda alam
yang menunjukkan bahwa planet kita tercinta ini sedang mengalami proses
kerusakan yang menuju pada kehancuran! Hal ini terkait langsung dengan isu
global yang belakangan ini makin marak dibicarakan oleh masyarakat dunia yaitu
Global Warming (Pemanasan Global).
Pemanasan global telah menjadi isu internasional
sejak beberapa dekade
yang lalu, walaupun mungkin sebenarnya masih terdapat ketidakpastian apakah
benar akan terjadi pemanasan global. Sebagai akibat dari pemanasan global,
memberikan dampak sangat besar baik terhadap iklim dunia, maupun kenaikan
permukaan air laut. Dampak iklim global ini akan mengakibatkan perubahan
tatanan hujan pada suatu wilayah; dimana sebagian wilayah hujannya akan
bertambah dan di beberapa wilayah lainnya hujannya akan berkurang. Hal ini memberikan dampak
turunan terhadap sistem pertanian dalam arti luas ( Tarsoen
Waryono, 2008 ).
B. RUANG
LINGKUP
Makalah ini berisi mengenai pengertian dan jenis plankton,
pengertian dan penyebab pemanasan global serta hubungan peranan plankton dalam
pemanasan global. Makalah ini disusun supaya para pembaca bisa menambah wawasan
serta memperluas ilmu pengetahuan yang ada mengenai plankton dan pemanasan
global.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
PEMANASAN
GLOBAL
a.
Pengertian
Kenaikan suhu muka bumi
global atau biasa dikenal dengan istilah pemanasan global (global warming)
merupakan salah satu contoh dari apa yang disebut
perubahan iklim. Dimana perubahan iklim secara umum didefinisikan
sebagai perubahan variabel iklim yang terjadi secara berangsur-angsur dalam
jangka waktu antara 50 – 100 tahun.Sedangkan variabel iklim yang dimaksud
antara lain adalah temperatur/ suhu udara, kelembaban udara, tekanan atmosfer,
kondisi awan, intensitas sinar matahari, curah hujan, dan angin ( Nawa Suwedi, 2005 ).
Gambar 2.1. Pemanasan
Global
Pemanasan global adalah
merupakan meningkatnya temperatur di planet bumi secara global, meliputi
peningkatan temperatur atmosfir, temperatur laut dan temperatur daratan bumi
yang menimbulkan dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap masa
depan bumi termasuk manusia dan makhluk hidup lain. Dampak yang ditimbulkan
cenderung mengancam eksistensi bumi, dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lainnya ( Ali Hanapiah, 2011 ).
b.
Penyebab
Pemanasan Global
· Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca (green house
effect) merupakan suatu keadaan yang timbul akibat
semakin banyaknya gas buang ke lapisan atmosfer yang memiliki
sifat memantulkan panas yang ada ( Soedomo, 2001 ).
· Pelepasan
Gas Metan / CH4
Hasil
penelitian yang dilakukan baru baru ini di daerah Siberia , Arktik
menunjukan berjuta juta ton gas rumah kaca metan dilepaskan .
Daratan beku itu mulai mencair dan karbon yang terkurung di dalamnya mulai
bocor keluar dalam bentuk
karbon dioksida dan metana, gas rumah kaca yang mudah terbakar dan 72 kali
lebih kuat daripada CO2. Adapun konsentrasi gas metan
di beberapa tempat mencapai hingga 100 kali diatas normal.Pelepasan gas metan
setelahnya mencapai 0.5 megaton per tahun. Kemungkinankenaikan gas metan di
planet di pengaruhi oleh oleh dua factor yakni pelepasan gas metan dari dasar laut dan
terlepasnya gas metan dari tanah beku yang mencair ( Twam Asi, 2010 ) .
· Variasi
Matahari
Variasi
matahri adalah pengaruh penyinaran matahari pada suatu tempat berbeda dengan
tempat yang lain.Ada beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontribusi matahri
dalam pemanasan global
mungkin telah diabaikan. Dua ilmuwan dari Duke University
mengemukakan bahwa matahari telah berkontribusi sekitar 45-50% terhadap rata rata suhu bumi dalam
rentang periode tahun 1900 – 2000 , dan 25 – 35% rentang tahun 1980 – 2000 ( Sitimulyo,
2000 ).
· Penebangan
Hutan
Dengan
adanya pembabatan hutan di dunia yang tiap tahun mencapai 30 juta hektar ,
jelas turut meperparah keadaan . Hutan yang selama ini menjadi pelindung bagi berbagai
jenis satwa dari
ancaman pemanasan global seharusnya dapat membantu 6 mengurangi pemanasan
global .Tapi , dalam kenyataan di lapangan masalah tersebut sangat akut. Yakni
hutan amazon , yang hamper 70% wilayahnya habis dibabati oleh manusia dalam rangka produksi hasil
daging. Sedangkan di Indonesia itu sendiri , masalah pembabatan hutan tersebut
disebabkan karena pembukaan lahan baru yang bertujuan membuka
perkebunan , keinginan memperoleh penghasilan dari penjualan kayu atau hasil hutan yang jika dilakukan secara legal memerlukan baiya yang sangat tinggi. Hal tersebut dipengaruhi
karena tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang masih sangat rendah ( Nugroho
Wahyu, 2012 ).
· Peternakan
Dari
hasil penelitian di sebutkan bahwa total emisi gas rumah kaca negara Argentina 30% nya
berasal dari hewan . Para peneliti menemukan bahwa sumber gas metan terbesar
berasal dari sapid dan domba yang sengaja diternakan untuk diambil wol , Pada
suatu perhitungan ditemukan bahwa metan memiliki kekuatan 72 kali lebih besar
daripada CO2 selama lebih dari 20 tahun .Kenyatan ini sangat mengejutkan ,
karena pada dasarnya , jumlah ini melebihi dari pembangkit listrik tenaga batu
bara. Terlebih lagi sapi - sapi tersebut melepaskan
800 hingga 1000 liter gas setiap hari ( Soedomo, 2001 ).
· Polusi
Karbondioksida Dari Pembangkit Listrik Bahan Bakar Fosil
Ketergantungan kita
yang semakin meningkat pada listrik dari pembangkit listrik bahan bakar fosil
membuat semakin meningkatnya pelepasan gas karbondioksida sisa pembakaran ke
atmosfer.
·
Penggunaan Pupuk Kimia Yang Berlebihan
Pada kurun waktu paruh terakhir abad ke-20, penggunaan pupuk
kimia dunia untuk pertanian meningkat pesat. Kebanyakan pupuk kimia ini
berbahan nitrogenoksida yang 300 kali lebih kuat dari karbondioksida sebagai
perangkap panas, sehingga ikut memanaskan bumi. Akibat lainnya adalah pupuk
kimia yang meresap masuk ke dalam tanah dapat mencemari sumber-sumber air minum
kita.
B.
PLANKTON
a. Pengertian Plankton
Plankton adalah
mikroorganisme yang hidup melayang dalam air, dimana kemampuan renagnya
terbatas, menyebabkan mikroorganisme tersebut mudah hanyut oleh gerakan atau
arus air ( Bougius, 1976 ). Plankton adalah kelompok-kelompok organisme yang
hanyut bebas dalam laut dan daya renangnya sangat lemah. Kemampuan berenang
organism-organisme planktonik demikian lemah sehingga mereka sama sekali
dikuasai oleh gerakan air, hal ini berbeda dengan hewan laut lainnya yang
demikian gerakan dan daya renangnya cukup kuat untuk melawan arus laut (
Nyabakken, 1992 ).
Gambar
2.2. Plankton
Plankton adalah suatu
organism yang terpenting dalam ekosistem laut, kemudian dikatakan bahwa
plankton merupakan salah satu organisme yang berukuran kecil dimana hidupnya
terombang-ambing oleh arus perairan laut ( Hutabarat dan Evans, 1988 ).
b.
Klasifikasi
Plankton
·
Berdasarkan
Ukuran
Menurut ukurannya, plankton dibagi
ke dalam beberapa kelompok, yaitu makroplankton (lebih besar dari 1 mm),
mikroplankton (0,06 mm – 1 mm) dan nanoplankton (kurang dari 0,06 mm) meliputi
berbagi jenis fitoplankton. Diperkirakan 70% dari semua fitoplankton di laut
terdiri nanoplankton dan inilah yang memungkinkan terdapatnya zooplankton
sebagai konsumer primer (Sachlan, 1972).
·
Berdasarkan
siklus hidupnya
Berdasarkan siklus hidupnya,
plankton terbagi dalam dua golongan yaitu holoplankton yang merupakan organisme
akuatik dimana seluruh hidupnya bersifat sebagai plankton, golongan yang kedua
yaitu meroplankton yang hanya
sebahagiaan dari daur hidupnya bersifat plankton (Bougis, 1976; Nyabakken,
1992).
·
Berdasarkan
keadaan biologis
Berdasarkan keadaan biologisnya,
digolongkan plankton sebagai berikut :
(a) Fitoplankton yang merupakan tumbuhan
renik,
BAB III
PEMBAHASAN
A. PLANKTON PENGHASIL OKSIGEN
Fitoplankton merupakan
bagian dari plankton yang “berbentuk” tumbuhan dan merupakan makhluk hidup
uniseluler, ia mempunyai klorofil dan mampu melakukan fotosintesis layaknya
tumbuhan tingkat tinggi yang ada di daratan. Efisiensi fotosintesis dari satu
gram plankton ialah lebih besar dari pada satu gram daun flora tingkat tinggi.
Hal ini telah dibuktikan dalam percobaan laboratorium :
“Tiap
cel dari satu gram plankton yang besarnya kira – kira sama dengan cel yang ada
pada daun, tetapi jumlahnya lebih banyak, mudah langsung disinari dari segala
arah dan mudah berkembang biak karena uniceluler dan hidup bebas dalam air”
Contoh
:
·
Dari satu cel chlorella dalam 24 jam
dapat berkembang biak mencapai 10.000 cel.
·
Tiap cel pada daun tidak langsung dapat
sinar karena terkurung dalam nervatur, dan sukar untuk berkembang biak karena
nervatur, tangkai daun, dsb harus membesar.
Fitoplankton yang
merupakan produsen perairan menjadi penyumbang oksigen terbesar untuk bumi,
fitoplankton ini menyumbang oksigen sebesar 80 %. Selain itu “lahan” untuk
“menanam” fitoplankton tidak mungkin menyempit karena lautan bukan tempat
tinggal untuk manusia yang semakin hari semakin padat ( M.Sachlan, 2010 ).
Gambar 3.1. Plankton Menghasilkan
Oksigen
B.
PHYTOPLANKTON
PENYERAP KARBON
Phytoplankton mempunyai
jasa yang sangat besar bagi kelangsungan makhluk hidup terutama manusia. Salah
satu jasa phytoplankton adalah
mengambil karbon dioksida (CO2) dari air dan menggantinya dengan oksigen (O2)
yang diperlukan makhluk lain. Maka phytoplankton mempunyai peran besar
dalam piramida makanan. Jika terjadi penurunan phytoplankton mungkin tidak akan
ada cukup oksigen untuk pernapasan terutama pada malam hari "turn
over rate" yang relatif cepat, sebagian besar phytoplankton akan
segera mati dan tergantikan oleh proses reproduksi. Jika bisa
dikendalikan dengan sempurna, lanjutnya, sejumlah besar phytoplankton yang
sudah menyerap CO2 bisa dikirim ke dasar laut sebagai deposit karbon ( Endang Yuli H, 2010 ).
C. PLANKTON
DALAM PENGENDALIAN PEMANASAN GLOBAL
Plankton hidup di
lapisan atas, tapi nutrisi yang diperlukan oleh plankton terdapat lebih banyak
di lapisan bawah laut. Karenanya, plankton mengalami malnutrisi. Akibat kondisi
malnutrisi ditambah dengan suhu air yang panas, plankton mengalami stress
sehingga lebih rentan terhadap sinar ultraviolet yang dapat merusaknya. Karena
rentan terhadap sinar ultraviolet, plankton mencoba melindungi diri dengan
menghasilkan zat dimethylsulfoniopropionate
(DMSP) yang berfungsi untuk menguatkan dinding sel mereka. Zat ini jika terurai
ke air akan menjadi zat dimethylsulfide
(DMS). DMS kemudian terlepas dengan sendirinya dari permukaan laut ke udara ( Dierdre
Toole, 2010 ).
Di atmosfer, DMS
bereaksi dengan oksigen sehingga membentuk sejenis komponen sulfur. Komponen
sulfur DMS itu kemudian saling melekat dan membentuk partikel kecil seperti
debu. Partikel-partikel kecil tersebut kemudian memudahkan uap air dari laut
untuk berkondensasi dan membentuk awan. Jadi, secara tidak langsung, plankton
membantu menciptakan awan. Awan yang terbentuk menyebabkan semakin sedikit
sinar ultraviolet yang mencapai permukaan laut, sehingga plankton pun terbebas
dari gangguan sinar ultraviolet. Proses ini sebenarnya telah beberapa tahun
dipelajari di laboratorium oleh para ilmuwan, namun proses alamiahnya baru kali
ini dapat dipelajari. Awan yang disebabkan oleh
plankton ini, dipercaya dapat memperlambat proses pemanasan bumi, serta
memiliki efek besar tehadap iklim bumi. Penelitian yang dilakukan di Laut
Sargasso, lepas pantai Bermuda ini juga menemukan secara mengejutkan bahwa
partikel DMS ini dapat terurai dengan sendirinya di udara setelah tiga sampai
lima hari saja. Padahal, karbondioksida di udara, dapat bertaha hingga berpuluh-puluh tahun. Karena
penguraian alamiah DMS sangat cepat, DMS tidak
akan menimbulkan efek rumah kaca, tidak seperti karbondioksida (David Siegel,
2010 ).
Meski phytoplankton
berukuran renik (sangat kecil), katanya, tetapi peran dan fungsinya sangat
besar, bahkan plankton memegang peranan kunci yang sangat menentukan
berfungsinya seluruh ekosistem laut serta ikut menentukan dan mengendalikan
iklim global. Perkiraan total CO2 yang diserap ekosistem laut dan
pantai di Indonesia yang berasal dari terumbu karang mencapai 73,5 ton/tahun
dengan luas area 61 ribu kilometer persegi, mangrove mencapai 75,4 juta
ton/tahun dengan luas area 93 ribu kilometer persegi ( Endang Yuli H, 2010 ).
Sedangkan untuk Padang
lamun mencapai 56,3 juta ton per tahun dengan luas areal 30 ribu kilometer
persegi dan laut lepas 40,4 juta ton per tahun dari area 5.800.000 kilometer
persegi. Dampak perubahan iklim akibat pemanasan global tidak hanya mengancam
daratan, tapi juga kehidupan di laut. Hanya saja, para ahli sekarang sedang
mencari sumber alternatif efesien untuk menghambat perubahan iklim dengan
memanfaatkan biota laut ( Endang Yuli H,
2010 ).
Phytoplankton memiliki
peran sebagai penyimpan karbon yang sangat besar dan dapat memberikan
keseimbangan siklus karbon bagi keperluan makhluk hidup. Diharapkan upaya
memanfaatkan phytoplankton ini segera terwujud ( Endang Yuli H, 2010 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar