Sabtu, 19 April 2014

KENAPA KITA PERLU MAKAN IKAN ?

Tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap ikan sangat rendah padahal sumberdaya ikan kita sangat berlimpah.. kenapa bisa begitu? Mungkin karena pengetahuan masyarakat yang rendah tentang pentingnya mengganti menu makanan dengan IKAN..
"Tahun 2013 lalu konsumsi ikan kita mencapai 35 kg naik dari tahun 2012 lalu dan ditargetkan naik menjadi 38 kg/kapita/tahun di 2014 ini," ungkap Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). (Wiji Nurhayat - detikfinance)
-
Hal ini tentu sangat disesalkan, dibanding Negri Jiran, konsumsi ikan Indonesia sangat rendah..
Untuk itu blog ini memuat beberapa alasan "KENAPA KITA PERLU MAKAN IKAN"





Menurut http://perikananindonesia.com/

ada beberapa hal yang menjadi alasan kenapa kita perlu makan ikan:


  • Dapat menekan risiko kanker
    Omega 3 yang terkandung dalam ikan sudah terbukti dapat membantu untuk mencegah tiga jenis kanker yang paling sering ditemukan, yakni kanker kolon,prostat, juga payudara. Suplemen yang dihasilkan dari minyak ikan juga bisa ikut membantu pasien yang sedang terkena hiperlipidemia.
  • Mampu meningkatkan fungsi otak
    Asam lemak omega-3 yang terkandung dalam ikan bisa ikut membantu untuk perkembangan otak Anda. Asupan omega-3 yang pas bisa membantu untuk meningkatkan konsentrasi mental pada orang dewasa serta anak-anak. Dilihat dari sebuah studi yang baru memperlihatkan bahwa suplemen yang terdapat pada minyak ikan bisa membantu meningkatkan ingatan terhadap orang dewasa. Selain itu juga, peneliti berhasil menemukan manfaat dari asam lemak omega-3 yang terkandung pada ikan untuk meningkatkan perkembangan pada otak bayi juga anak-anak.
  • Bisa melawan peradangan
    Minyak ikan mempunyai sifat anti-inflamasi. Oleh sebab itu, maka ikan efektif untuk dapat mengurangi peradangan yang terjadi di dalam darah serta jaringan. Asam lemak omega-3, khususnya untuk jenis EPA, sangat banyak ditemukan pada minyak ikan juga mempunyai efek yang positif untuk respons inflamasi sehingga dapat sangat membantu untuk mengurangi gejala radang sendi, sistitis (radang kandung kemih), serta prostatitis (radang prostat).
  • Dapat menyehatkan mata
    Konsumsi ikan juga sangat baik karena memiliki kemampuan untuk membantu penglihatan. Ikan bisa melawan sindrom mata kering, degenerasi terhadap bagian tengah retina, serta glaukoma. Sebuah studi yang dilakukan baru – baru ini berhasil mendapatkan jawaban untuk orang yang makan setidaknya dua porsi ikan per minggunya bisa lebih kecil kemungkinan mengalami degenerasi terhadap makula terkait jika dibandingkan dengan orang yang tidak suka mengonsumsi ikan sama sekali. Bahkan para peneliti mengatakan, jika asam lemak omega-3 yang terkandung bisa ikut serta untuk mengurangi terjadinya risiko inflamasi juga dapat meningkatkan fungsi untuk pembuluh darah.
  • Membantu dalam perawatan kulit
    Konsumsi ikan membantu menjaga kulit dalam kondisi baik. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Lipid Research, asam lemak omega-3 EPA yang ditemukan dalam minyak ikan dapat membantu mencegah keriput dan menunda proses penuaan kulit. Bahkan, menurut beberapa studi terbaru, suplemen minyak ikan dapat menjaga kulit dari kerusakan akibat paparan sinar matahari.
  • Kesehatan kardiovaskular
    Asam lemak omega 3 yang ditemukan dalam ikan sudah terlihat bukti manfaatnya untuk jantung, vena, serta arteri dengan membentuk beragam sistem kardiovaskular yang terdapat pada tubuh Anda. Dengan mengkonsumsi ikan bisa ikut membantu untuk menanggulangi gagal jantung serta penyakit jantung yaitu dengan mencegah meningkatkan HDL (kolesterol baik), mencegah pembekuan darah, akumulasi trigliserida, serta mengurangi tingkat trigliserida berlebih. Sebuah studi yang dilakukan oleh para ahli dari Harvard School of Public Health berhasil mendapatkan jawaban bahwa dengan mengkonsumsi sampai dua porsi ikan di dalam satu minggu bisa membantu anda mengurangi risiko kematian yang dikarenakan penyakit jantung hingga 3 x lipat.
  • Dapat membantu untuk menurunkan tekanan darah
    Minyak ikan juga sangat membantu untuk bisa menurunkan berbagai macam tekanan darah, namun fungsi mereka dalam pencegahan belum jelas.
  • Mampu menurunkan berat badan
    Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di University of Georgia, minyak ikan yang mengandung DHA dapat meringankan anda untuk menghentikan terjadinya konversi pra-sel lemak ke dalam sel lemak jadi anda dapat mengurangi penumpukan lemak secara keseluruhan. Dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya juga telah menunjukkan, bahwa dengan megonsumsi kapsul minyak ikan disertai dengan aktifitas olahraga sangat efektif untuk  bisa menurunkan lebih banyak lemak dibandingkan dengan olahraga namun jika tanpa asupan suplemen minyak ikan.
  • Dapat membantu mengatasi depresi
    Asam lemak omega-3 yang terkandung dalam minyak ikan sangat baik untuk dapat mengurangi kecemasan serta depresi. Sebuah studi sudah menemukan jika masyarakat yang senang mengonsumsi ikan secara banyak mempunyai tingkat depresi yang jauh lebih rendah dari biasanya.

    menurut http://www.wpi.kkp.go.id/ ini adalah alasan kenapa ikan perlu kita jadikan menu makanan utama:
    Makan Ikan adalah kebiasaan yang lebih sehat
    Kebiasaan sehat selain makan banyak buah dan sayur, mengurangi konsumsi daging merah dan daging olahan serta menghindari merokok adalah mengkonsumsi banyak ikan. Kebiasaan yang sehat tersebut dapat menurunkan risiko menderita kanker. Disamping itu, orang laki-laki yang mengkonsumsi ikan lebih banyak mempunyai fisik yang lebih aktif.
    Bagaimana ikan bisa membuat sehat?
    Ikan, terutama yang banyak mengandung asam lemak omega -3 seperti salem, herring dan mackerel dapat menghalangi pertumbuhan sel kanker prostat. Omega-3 dari ikan juga dapat menjadikan jantung sehat. Omega-3 dapat membantu mencegah pembekuan darah di dinding arteri, yang pada akhirnya dapat melindungi dari serangan penyakit jantung.

    Pada saat ini profesional dan ilmuwan kesehatan akan melihat lebih lanjut peran konsumsi ikan terhadap risiko serangan kanker. Sebagian besar dari ilmuwan menyetujui banyak makan buah dan sayur, biji-bijian, makan sedikit lemak dan makan banyak ikan adalah langkah terbaik yang dapat meminimalkan risiko kanker tertentu. Oleh karena itu, seperti halnya The American Heart Association maka saat ini The American Cancer Society juga merekomendasikan untuk makan ikan lebih banyak. Selain banyak makan ikan, saran lainnya adalah mengganti daging merah dan daging babi yang kandungan asam lemak jenuhnya sangat tinggi. Asupan asam lemak jenuh diindikasikan dapat mengakibatkan meningkatnya risiko kanker.

    Banyak orang berpikir menyiapkan makan dengan menu ikan lebih sulit, tetapi sebenarnya hal tersebut tidaklah benar. Kita hanya perlu sedikit pengetahuan bagaimana membeli, menyimpan dan menyiapkan ikan. Jika merasa repot memasak ikan di rumah, maka biasakan memesan menu ikan kalau sedang makan di luar rumah.
  • Selasa, 15 April 2014

    PENGAMATAN FAKTOR BIOTIK DAN ABIOTIK DI MUARA SUNGAI SICANANG KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA BELAWAN PROVINSI SUMATERA UTARA



    PENDAHULUAN




    Latar Belakang
    Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar dalam pembangunan. Dengan perannya yang sangat penting, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/komponen lainnya. Pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air (Hendrawan, 2005).
                Ekosistem air terdiri dari perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off-shore water) dan perairan laut (sea water). Dari ketiga bagian ekosistem tersebut, perairan laut merupakan bagian yang terbesar. Perairan yang terdapat di daratan umumnya merupakan sistem perairan tawar. Ekosistem air tawar merupakan sumber daya air yang paling praktis dan murah untuk keentingan domestik maupun industri. Selain itu ekosistem air tawar menawarkan sistem pembuangan berbaga jenis limbah yang memadai dan paling murah disalah gunakan manusia dengan membuang segala limbah ke sistem perairan alami tersebut, tanpa melewati proses pengolahan terlebih dahulu   (Barus, 2004).
    Sungai adalah perairan yang airnya mengalir secara terus-menerus pada arah tertentu, berasal dari air tanah, air hujan dan air tanah, air hujan dan air permukaan dan akhirnya bermuara kelaut, kesungai atau perairan terbuka yang lebih luas (Kasryea., 2002).
    Lingkungan perairan seperti daerah aliran sungai merupakan salah satu lingkungan yang paling sering terkena dampak pencemaran karena hampir semua limbah dibuang ke lingkungan perairan. Hal  ini  karena pada daerah aliran sungai terdapat berbagai pengguna lahan seperti hutan, perkebunan, pertanian lahan kering dan persawahan, pemukiman, perikanan, industri dan sebagainya     (Walsh, Bergman, Narahara, Wood, Wright, Randall, Maina dan Laurent, 1993).
    Sedimen dalam suatu badan air baik sungai maupun waduk dan danau merupakan salah satu hasil dari suatu proses-proses yang terjadi pada lingkungan. Proses ini bisa berlangsung secara alami maupun pengaruh dari aktivitas manusia. Pada sedimen terendapkan  berbagai  macam  bahan pencemar  yang semakin  lama  akan terakumulasi, yang mana pada kondisi tertentu bahan pencemar yang sudah terendapkan ini akan dilepaskan kembali ke kolom perairan jika terjadi perubahan terhadap lingkungan. Salah satu upaya mengetahui kualitas sedimen terutama berkaitan dengan bahan pencemar yang terakumulasi adalah dengan menentukan status kontaminasinya (Suryono, dkk, 2010).
    Informasi mengenai produktivitas primer  perairan  penting  diketahui sehubungan dengan  peranannya sebagai penyedia  makanan  (produser)  dalam ekosistem perairan, serta perannya sebagai pemasok kandungan oksigen terlarut di perairan (Clark, 1996). Tingkat produktivitas primer suatu perairan memberikan gambaran apakah suatu perairan cukup produktif dalam menghasilkan biomassa tumbuhan, terutama fitoplankton, termasuk pasokan oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis  yang  terjadi,  sehingga mendukung  perkembangan  ekosistem perairan.  Produktivitas perairan yang terlalu tinggi dapat mengindikasikan telah terjadi eutrofikasi, sedangkan yang terlalu rendah dapat memberikan indikasi bahwa perairan tidak produktif atau miskin.  Dalam penelitian ini, produktivitas primer yang dimaksud terutama adalah produktivitas oleh fitoplankton, dan terkait dengan oksigen yang dihasilkannya (Hariadi, dkk, 2010).

    Tujuan Praktikum
                Tujuan praktikum ini adalah :
    1.      Mengetahui hubungan faktor abiotik dan biotik pada ekosistem sungai.
    2.      Mengetahui proses rantai makanan pada ekosistem sungai.

    Manfaat Praktikum

                Manfaat dari praktikum ini, yaitu Agar Mahasiswa dapat memahami tentang sungai, hubungan faktor abiotik dan biotik pada ekosistem sungai beserta proses rantai makanan yang terdapat dalam ekosistem sungai.    



    TINJAUAN PUSTAKA




    Ekosistem Sungai
                Ekosistem air yang terdapat di daratan (inland water) secara umum dibagi atas 2 yaitu perairan lentik (lentic water) atau juga disebut sebagai perairan tenang, misalnya danau, rawa, waduk, situ, telaga, dan sebaginya dan perairan lotik (lotic water) disebut juga sebagai perairan berarus deras, misalnya sungai, kali, kanal, parit, dan sebagainya. Perbedaan utama antara perairan lotik dan lentik adalah dalam kecepatan arus air. Perairan lentik mempunyai kecepatan arus yang lambat serta terjadi akumulasi massa air dalam periode waktu yang lama, sementara perairan lotik umumnya mempunyai kecepatan arus yang tinggi, disertai perpindahan massa air yang berlangsung dengan cepat (Barus, 2004).
    Sungai merupakan salah satu ekosistem air tawar yang terdapat di daratan dengan badan air mengalir karena adanya arus air, di mana arus adalah aliran air yang terjadi karena adanya perubahan vertikal persatuan panjang. Sungai juga di tandai dengan adanya anak sungai yang menampung dan menyimpan serta mengalirkan air hujan yang jatuh, kemudian dialirkan ke laut melalui sungai utama (Odum, 1994).
    Dapat disimpulkan bahwa sungai adalah bagian dari daratan yang menjadi tempat aliran air yang berasal dari mata air atau curah hujan. Ada bermacam-macam jenis sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
    a. Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
    b. Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich) boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Peg. Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.
    c. Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya) (UNIMED, 2013).
    Menurut Syarifuddin, dkk (2000) berdasarkan debitnya sungai dibedakan menjadi 4 macam yaitu:
    a. Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
    b. Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
    c. Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
    d. Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
    Bagian-bagian dari sungai bisa dikategorikan menjadi tiga, yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir.
    a. Bagian Hulu
    Bagian hulu memiliki ciri-ciri: arusnya deras, daya erosinya besar, arah erosinya (terutama bagian dasar sungai) vertikal. Palung sungai berbentuk V dan lerengnya cembung (convecs), kadang-kadang terdapat air terjun atau jeram dan tidak terjadi pengendapan.
    b. Bagian Tengah
    Bagian tengah mempunyai ciri-ciri: arusnya tidak begitu deras, daya erosinya mulai berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan samping (vertikal dan horizontal), palung sungai berbentuk U (konkaf), mulai terjadi pengendapan (sedimentasi) dan sering terjadi meander yaitu kelokan sungai yang mencapai 180° atau lebih.
    c. Bagian Hilir
    Bagian hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya erosi kecil dengan arah ke samping (horizontal), banyak terjadi pengendapan, di bagian muara kadangkadang terjadi delta serta palungnya lebar.
    Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan untuk keperluan manusia seperti tempat penampungan air, alat transportasi, mengairi sawah dan keperluan peternakan, keperluan industri, perumahan, sebagai daerah tangkapan air, pengendali banjir, ketersediaan air, irigasi, tempat memelihara ikan dan juga sebagai tempat rekreasi. Sebagai tempat penampungan air maka sungai dan situ mempunyai kapasitas tertentu dan ini dapat berubah karena aktivitas alami maupun antropogenik. Sebagai contoh pencemaran sungai dan situ dapat berasal dari (1) tingginya kandungan sedimen yang berasal dari erosi, kegiatan pertanian, penambangan, konstruksi, pembukaan lahan dan aktivitas lainnya; (2) limbah organik dari manusia, hewan dan tanaman (3) kecepatan pertambahan senyawa kimia yang berasal dari aktivitas industri yang membuang limbahnya ke perairan. Ketiga hal tersebut merupakan dampak dari meningkatnya populasi manusia, kemiskinan dan industrialisasi. Penurunan kualitas air akan menurunkan dayaguna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumberdaya alam. Untuk menjaga kualitas air agar tetap pada kondisi alamiahnya, perlu dilakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana (Hendrawan, 2005).

    Faktor Biotik Perairan
    Menurut Odum (1994) faktor biotik yang meliputi:
    1. Produsen, yaitu tumbuhan air yang berakar maupun tumbuhan terapung, besar yang umumnya tumbuh pada air yang dangkal dan fitoplankton (tumbuhan terapung kecil) yang terbesar di seluruh perairan sedalam lapisan yang tembus oleh intensitas cahaya matahari.
    2. Organisme-organisme konsumen, seperti zooplankton (konsumen pertama), serangga pemangsa dan ikan-ikan buruan (konsumen ke dua atau ke tiga),  di samping tipe konsumen tersebut juga ada tipe konsumen lain seperti detritivora yang hidup dari cairan hasil pembusukan bahan organik dari lapisan-lapisan ototrofik di atas lainnya.
    3. Organisme-organisme saprofage (decomposer), seperti bakteri air, flagellata, cendawan dan hewan-hewan invertebrata air yang tersebar di seluruh perairan.
    Nekton yang merupakan organisma air yang mampu bergerak bebas terutama diwakili oleh berbagai jenis ikan yang hidup pada perairan lotik dan lentik. Ikan adalah organisma air yang bernafas dengan insang dan dapat bergerak atau berenang dengan menggunakan sirip (fin). Untuk mengatur keseimbangan, tubuh ikan memiliki alat yang disebut sebagai gurat sisi atau garis lateral (lateral line). Selain ituikan memiliki gelembung udara yang berfungsi sebagai alat mengapung, melayang atau membenamkan diri pada dasar perairan. Ikan tersebar di berbagai jenis perairan di seluruh permukaan bumi dari dasar samudera yang sangat dingin dan gelap dengan tekanan hidrostatis yang sangat tinggi sampai ke daerah-daerah perairan yang memiliki intensitas cahaya matahari yang tinggi. Ikan mempunyai pola adaptasi yang baik terhadap kondisi lingkungan, sehingga iakn mempunyai penyebaran yang luas. Hal ini terutama didukung oleh kemampuan mobilitas dari ikan yang tinggi ( Barus, 2004 ).
    Plankton adalah organisme yang terapung atau melayang-layang di dalam air yang pergerakannya relatif pasif. Berdasarkan ukurannya plankton dibagi atas : 1) ultra nanoplankton yang ukurannya < 2 µm; 2) nanoplankon yang ukurannya berkisar antara 2-20 µm; 3) mikroplankton berukuran 20-200 µm; 4) mesoplankton berukuran 200-2000 µm; 5) megaplankton yang ukurannya di atas 2000 µm. Penyebaran plankton di dalam air tidak sama pada kedalaman yang berbeda. Tidak samanya penyebaran plankton dalam air disebabkan adanya perbedaan suhu, kadar oksigen, intensitas cahaya matahari, dan faktor-faktor abiotik lainnya di kedalaman air yang berbeda ( Nugroho, 2002 ).
    Benthos atau zoobenthos merupakan organisme yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merarap, maupun menggali lubang. Organisme ini memegang peranan penting dalam perairan karena dapat mempercepat proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan (Odum, 1994).
    Berdasarkan ukurannya, benthos dapat digolongkan kedalam kelompok mikroskopik atau mokrozoobenthos dan makrozoobenthos. Diantara benthos yang relatif mudah diidentfikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalh jenis-jenis yang termasuk dalm kelompo inveterbrata makro. Kelompok ini lebh dikenal dengan makrozoobenthos. Ukuran makrozoobenthos mencapai sekuruang-kurangnya 3 hingga 5 mm pada saat pertumbuhan maksimum                                                    ( Suin, 2002 ).
    Mangrove adalah suatu komunitas tumbuhan atau suatu individu jenis tumbuhan yang membentuk komunitas tersebut didaerah pasang surut, hutan mangrove atau yang sering disebut hutan bakau merupakan sebagian wilayah ekosistem pantai yang mempunyai karakter unik dan khas dan memiliki potensi kekayaan hayati. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas lingkungan biotik dan abiotik yang saling berinteraksi di dalam suatu habitat mangrove ( Wijayanti, 2013). Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam/salinitas dan kedua sebagai individu spesies (Supriharyono, 2000).
     Hutan mangrove merupakan formasi hutan yang tumbuh dan berkembang pada daerah landai di muara sungai dan pesisir pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Oleh karena kawasan hutan mangrove secara rutin digenangi oleh pasang air laut, maka lingkungan (tanah dan air) hutan mangrove bersifat salin dan tanahnya jenuh air. Vegetasi yang hidup di lingkungan salin, baik lingkungan tersebut kering maupun basah, disebut halopita (Onrizal, 2005).
    Hutan mangrove merupakan bentuk ekosistem yang unik, karena pada kawasan ini terpadu empat unsur biologis penting yang fundamental, yaitu daratan, air, vegetasi dan satwa. Hutan mangrove ini memiliki ciri ekologis yang khas yaitu dapat hidup dalam air dengan salinitas tinggi dan biasanya terdapat sepanjang daerah pasang surut (Dephut, 1992).
    Ciri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik menururt Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove Indonesia (2008) adalah:
           Memiliki jenis pohon yang relatif sedikit.
        Memiliki akar nafas (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada sonneratia spp. dan pada api-api avicennia spp.
          Memiliki biji yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada rhizophora yang lebih di kenal sebagai propagul.
           Memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.

    Faktor Abiotik Perairan
    Faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan akan mempengaruhi sifat-sifat optis dari air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian lagi akan dipantulkan ke luat dari permukaan air. Dengan bertambahnya kedalaman lapisan air intensitas cahaya tersebut akan mengalami perubahan yang signifikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Cahaya gelombang pendek merupakan yang paling kuat mengalami pembiasan yang menyebabkan kolam air yang jernih akan terlihat biru dari permukaan. Pada lapisan dasar, warna air akan berubah menjadi hijau kekuningan, karena intensitas dari warna ini paling baik ditransmisi dalam air sampai ke lapisan dasar. Kondisi optis dalam air selain dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, juga dipengaruhi oleh berbagai substra dan benda lain yang terdapat di dalam air, misalnya oleh plankton dan humin yang terlarut dalam air.  Vegetasi yang ada di sepanjang aliran air juga dapat mempengaruhi intensitas cahaya yang masuk ke dalam air, karena tumbuh-tumbuhan tersebut juga mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi cahaya matahari. Efek ini terutama akan terliha pada daera-daerah hulu yang aliran airnya umumnya masih kecil dan sempit. Bagi organisma air, intensitas cahaya matahari berfungsi sebagai alat orientasi yang akan mendukung kehidupan organisma tersebut dalam habitatnya ( Barus, 2004 ).
    Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi di suatu perairan. Peningkatan suhu menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya (Haslam,  1995 in Effendi, 2003). Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba (Effendi, 2003). Hindarko (2003) menyatakan bahwa kehidupan bakteri dalam air limbah sangat  tergantung pada suhu. Aktivitas mikroorganisme umumnya berlangsung optimal pada kisaran  suhu 15-35 0C. Aktivitas biologis-fisiologis di dalam ekosistem air saugat  dipengaruhi oleh suhu. Menurut hukum Van't Hoffs, kenaikan temperatur sebesar 10 0C akan  meningkatkan  laju  metabolisme, menyebabkan konsumsi oksigen meningkat, serta menyebabkan kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang (Barus, 2002).
    Kedalaman perairan mempengaruhi jumlah dan jenis hewan makrobenthos. Kedalaman air juga mempengaruhi kelimpahan dan distribusi hewan makrobenthos. Perairan dengan kedalaman ai yang berbeda akan dihuni oleh makrobenthos yang berbeda pula dan terjadi stratifikasi komunitas yang berbeda. Perairan yang lebih dalam mengakibatkan makrobenthos mendapat tekanan fisiologis dan hidrostatis yang lebih besar (Reish, 1979).  Kedalaman perairan juga mempengaruhi penetrasi sinar matahari ke dalam perairan sehingga secara  tidak langsung akan mempengaruhi kebutuhan oksigen dan pertumbuhan organisme bentik (Sukarno, 1981). 
    Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam satuan larutan didefinisikan sebagai logaritma dari resiprokal aktivitas ion hidrogen dan secara matematis dinyatakan sebagai pH=log 1/H­+, dimana H+ adalah banyaknya ion hidrogen dalm mol per liter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hidrogen akan menunjukan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa (Barus, 2004). Bakteri pada umumnya tumbuh dengan baik pada pH netral dan alkalis pH optimum untuk pertumbuhan bakteri berada pada kisaran 6,5-7,5. Umumnya bakteri tahan terhadap perubahan kecil pH dalam rentang 6-9 (Sidharta, 2000).
    Atmosfer bumi mengandung oksigen sekitar 210 ml/liter. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pad suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Jeffries dan Mills, 1996 in Effendi, 2003). Dissolved Oxygen (DO) merupakan konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air. Kandungan oksigen terlarut sangat penting bagi biota perairan untuk melangsungkan metabolisme tubuhnya. Selain itu oksigen terlarut juga diperlukan untuk dekomposisi bahan organik. Jika  kandungan  bahan organik tinggi, maka oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk mendekomposisi bahan organik tersebut  juga tinggi (Sidharta, 2000).
    Nitrogen dan senyawanya tersebar secara luar dalam biosfer. Lapisan atmosfr bumi mengandung sekitar 78% gas nitrogen. Bebatuan juga mengandung nitrogen. Pada tumbuhan dan hewan, senyawa nitrogen ditemukan sebagi penyusun protein dan klorofil (Effendi, 2003).

    Rantai Makanan
                Ekosistem sungai dapat merupakan sebuah bioma dari sebuah ekosistem daratan yang besar. Tidak seperti danau yang relatif diam, air sungai mengalir, sehingga tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri. Namun demikian, terjadi pula fotosintesa dari gangang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan. Di alam terjadi proses makan memakan. Tumbuhan hijau dimakan ulat. Ulat dimakan burung prenjak dan burung prenjak dimakan ulat. Proses makan memakan disebut rantai makanan, karena terdiri atas banyak rantai. Rantai makanan itu bercabang-cabang merupakan jaring-jaring, sehingga disebut jaring-jaring makanan. Materi mengalir dari mata rantai makanan yang satu ke mata rantai yang lain. Apabila makhluk mati, tidak berarti aliran materi terhenti, melainkan makhluk yang mati menjadi makanan makhluk lainnya (Jurnal Pendidikan Penabur, 2002).
    Rantai makanan merupakan lintasan konsumsi makanan yang terdiri dari beberapa spesies organisme. Bagian paling sederhana dari suatu rantai makanan berupa interaksi dari suatu rantai makanan berupa interaksi antara spesies mangsa (prey) dengan pemangsa (predator) Model rantai makanan dipengaruhi oleh banyak faktor mulai dari banyaknya spesies yang terlibat maupun penentuan modelnya sehingga diperlukan asumsi-asumsi untuk membatasi pemodelan tentang rantai makanan (Praktiko dan Sunarsih, 2010). 


    PENUTUP



    Kesimpulan
                Kesimpulan yang diambil dari hasil praktikum adalah sebagai berikut:
    1.    Faktor abiotik yang diperoleh, yaitu: cahaya matahari, lumpur, tanah, air, suhu, dan udara.
    2.    Faktor biotik berupa pepohonan magrove nekton, benthos yang saling berinteraksi satu dengan yang lain.
    3.    Rantai makanan yang terjadi pada sungai di mulai dari serasah yang jatuh kedalam perairan.
    4.    Kemudian terdekompsisi dan dimakan oleh fitoplankton, fitoplankton dimakan zooplankton, zooplankton dimakan ikan kecil, ikan kecil dimakan ikan sedang, ikan sedang di makan oleh ikan besar. Ikan besar mati dan terdekomposisi oleh mikroorganisme berupa bakteri.
    5.    Bakteri menghasilkan zat-zat hara yang nantinya dilepas ke udara maupun tetap di air hingga dimanfaatkan lagi oleh tumbuhan ataupun fitoplankton sebagai unsur haranya.

    Saran
    Praktikum tentang Pengamatan Faktor Biotik Dan Abiotik Di Muara Sungai Sicanang Kecamatan Medan Marelan Kota Belawan Provinsi Sumatera Utara diharapkan dapat terus di lanjutkan untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut bagaimana keadaan sungai yang akan mendatang. 

    Sabtu, 05 April 2014

    PERANAN PLANKTON DALAM PENGENDALIAN PEMANASAN GLOBAL

    BAB I
    PENDAHULUAN
    A.    LATAR BELAKANG
    Seiring dengan berjalannya waktu, kita semakin merasakan udara semakin buruk dan suhu semakin panas. Hal ini juga dirasakan oleh hewa, misalkan Panda Cina yang membutuhkan balok – balok es untuk dapat bertahan hidup. Manusia menggunakan ac dan kipas angin untuk menjaga kestabilan metabolisme dalam tubuh. Selain makin panasnya cuaca di sekitar kita, Anda tentu juga menyadari makin banyaknya bencana alam dan fenomena-fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali belakangan ini. Mulai dari banjir, puting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke tahun.
    Sadarilah bahwa semua ini adalah tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa planet kita tercinta ini sedang mengalami proses kerusakan yang menuju pada kehancuran! Hal ini terkait langsung dengan isu global yang belakangan ini makin marak dibicarakan oleh masyarakat dunia yaitu Global Warming (Pemanasan Global).
    Pemanasan global telah menjadi isu internasional sejak beberapa dekade yang lalu, walaupun mungkin sebenarnya masih terdapat ketidakpastian apakah benar akan terjadi pemanasan global. Sebagai akibat dari pemanasan global, memberikan dampak sangat besar baik terhadap iklim dunia, maupun kenaikan permukaan air laut. Dampak iklim global ini akan mengakibatkan perubahan tatanan hujan pada suatu wilayah; dimana sebagian wilayah hujannya akan bertambah dan di beberapa wilayah lainnya hujannya akan berkurang. Hal ini memberikan dampak turunan terhadap sistem pertanian dalam arti luas ( Tarsoen Waryono, 2008 ).

    B.     RUANG LINGKUP
    Makalah ini berisi mengenai pengertian dan jenis plankton, pengertian dan penyebab pemanasan global serta hubungan peranan plankton dalam pemanasan global. Makalah ini disusun supaya para pembaca bisa menambah wawasan serta memperluas ilmu pengetahuan yang ada mengenai plankton dan pemanasan global.
    BAB II
    LANDASAN TEORI
    A.    PEMANASAN GLOBAL
    a.      Pengertian
    Kenaikan suhu muka bumi global atau biasa dikenal dengan istilah pemanasan global (global warming) merupakan salah satu contoh dari apa yang disebut perubahan iklim. Dimana perubahan iklim secara umum didefinisikan sebagai perubahan variabel iklim yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu antara 50 – 100 tahun.Sedangkan variabel iklim yang dimaksud antara lain adalah temperatur/ suhu udara, kelembaban udara, tekanan atmosfer, kondisi awan, intensitas sinar matahari, curah hujan, dan angin ( Nawa Suwedi, 2005 ).

    Gambar 2.1. Pemanasan Global

    Pemanasan global  adalah  merupakan meningkatnya temperatur di planet bumi secara global, meliputi peningkatan temperatur atmosfir, temperatur laut dan temperatur daratan bumi yang menimbulkan dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap masa depan bumi termasuk manusia dan makhluk hidup lain. Dampak yang ditimbulkan cenderung mengancam eksistensi bumi, dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya ( Ali Hanapiah, 2011 ).
    b.      Penyebab Pemanasan Global
    ·      Efek Rumah Kaca
    Efek rumah kaca (green house effect) merupakan suatu keadaan yang timbul akibat semakin banyaknya gas buang ke lapisan atmosfer yang memiliki sifat memantulkan panas yang ada ( Soedomo, 2001 ).
    ·      Pelepasan Gas Metan / CH4
    Hasil penelitian yang dilakukan baru baru ini di daerah Siberia , Arktik menunjukan berjuta juta ton gas rumah kaca metan dilepaskan . Daratan beku itu mulai mencair dan karbon yang terkurung di dalamnya mulai bocor keluar dalam bentuk karbon dioksida dan metana, gas rumah kaca yang mudah terbakar dan 72 kali lebih kuat daripada CO2.  Adapun konsentrasi gas metan di beberapa tempat mencapai hingga 100 kali diatas normal.Pelepasan gas metan setelahnya mencapai 0.5 megaton per tahun. Kemungkinankenaikan gas metan di planet di pengaruhi oleh oleh dua factor yakni pelepasan gas metan dari dasar laut dan terlepasnya gas metan dari tanah beku yang mencair ( Twam Asi, 2010 ) .
    ·      Variasi Matahari
    Variasi matahri adalah pengaruh penyinaran matahari pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain.Ada beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontribusi matahri dalam pemanasan global mungkin telah diabaikan. Dua ilmuwan dari Duke University mengemukakan bahwa matahari telah berkontribusi sekitar  45-50% terhadap rata rata suhu bumi dalam rentang periode tahun 1900 – 2000 , dan 25 – 35% rentang tahun 1980 – 2000 ( Sitimulyo, 2000 ).
    ·      Penebangan Hutan
    Dengan adanya pembabatan hutan di dunia yang tiap tahun mencapai 30 juta hektar , jelas turut meperparah keadaan . Hutan yang selama ini menjadi pelindung bagi berbagai jenis satwa dari ancaman pemanasan global seharusnya dapat membantu 6 mengurangi pemanasan global .Tapi , dalam kenyataan di lapangan masalah tersebut sangat akut. Yakni hutan amazon , yang hamper 70% wilayahnya habis dibabati oleh manusia dalam  rangka produksi hasil daging. Sedangkan di Indonesia itu sendiri , masalah pembabatan hutan tersebut disebabkan karena pembukaan lahan baru yang bertujuan membuka perkebunan , keinginan memperoleh penghasilan dari penjualan kayu atau hasil hutan yang jika  dilakukan secara legal memerlukan baiya yang sangat tinggi. Hal tersebut dipengaruhi karena tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang masih sangat rendah ( Nugroho Wahyu, 2012 ).
    ·      Peternakan
    Dari hasil penelitian di sebutkan bahwa total emisi gas rumah kaca negara Argentina 30% nya berasal dari hewan . Para peneliti menemukan bahwa sumber gas metan terbesar berasal dari sapid dan domba yang sengaja diternakan untuk diambil wol , Pada suatu perhitungan ditemukan bahwa metan memiliki kekuatan 72 kali lebih besar daripada CO2 selama lebih dari 20 tahun .Kenyatan ini sangat mengejutkan , karena pada dasarnya , jumlah ini melebihi dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Terlebih lagi sapi - sapi tersebut melepaskan 800 hingga 1000 liter gas setiap hari ( Soedomo, 2001 ).
    ·      Polusi Karbondioksida Dari Pembangkit Listrik Bahan Bakar Fosil
    Ketergantungan kita yang semakin meningkat pada listrik dari pembangkit listrik bahan bakar fosil membuat semakin meningkatnya pelepasan gas karbondioksida sisa pembakaran ke atmosfer.
    ·      Penggunaan Pupuk Kimia Yang Berlebihan
    Pada kurun waktu paruh terakhir abad ke-20, penggunaan pupuk kimia dunia untuk pertanian meningkat pesat. Kebanyakan pupuk kimia ini berbahan nitrogenoksida yang 300 kali lebih kuat dari karbondioksida sebagai perangkap panas, sehingga ikut memanaskan bumi. Akibat lainnya adalah pupuk kimia yang meresap masuk ke dalam tanah dapat mencemari sumber-sumber air minum kita.


    B.     PLANKTON
    a.      Pengertian Plankton
    Plankton adalah mikroorganisme yang hidup melayang dalam air, dimana kemampuan renagnya terbatas, menyebabkan mikroorganisme tersebut mudah hanyut oleh gerakan atau arus air ( Bougius, 1976 ). Plankton adalah kelompok-kelompok organisme yang hanyut bebas dalam laut dan daya renangnya sangat lemah. Kemampuan berenang organism-organisme planktonik demikian lemah sehingga mereka sama sekali dikuasai oleh gerakan air, hal ini berbeda dengan hewan laut lainnya yang demikian gerakan dan daya renangnya cukup kuat untuk melawan arus laut ( Nyabakken, 1992 ).

    Gambar 2.2. Plankton
    Plankton adalah suatu organism yang terpenting dalam ekosistem laut, kemudian dikatakan bahwa plankton merupakan salah satu organisme yang berukuran kecil dimana hidupnya terombang-ambing oleh arus perairan laut ( Hutabarat dan Evans, 1988 ).

    b.      Klasifikasi Plankton
    ·        Berdasarkan Ukuran
    Menurut ukurannya, plankton dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu makroplankton (lebih besar dari 1 mm), mikroplankton (0,06 mm – 1 mm) dan nanoplankton (kurang dari 0,06 mm) meliputi berbagi jenis fitoplankton. Diperkirakan 70% dari semua fitoplankton di laut terdiri nanoplankton dan inilah yang memungkinkan terdapatnya zooplankton sebagai konsumer primer (Sachlan, 1972).
    ·         Berdasarkan siklus hidupnya
    Berdasarkan siklus hidupnya, plankton terbagi dalam dua golongan yaitu holoplankton yang merupakan organisme akuatik dimana seluruh hidupnya bersifat sebagai plankton, golongan yang kedua yaitu meroplankton yang hanya sebahagiaan dari daur hidupnya bersifat plankton (Bougis, 1976; Nyabakken, 1992).
    ·         Berdasarkan keadaan biologis
    Berdasarkan keadaan biologisnya, digolongkan plankton sebagai berikut : 
    (a) Fitoplankton yang merupakan tumbuhan renik, 
    (b) Zooplankton yang merupakan hewan-hewan yang umumnya renik ( Newel, 1963 ).

    Powered By Blogger